Gunung Prau Alasanku Candu Mendaki Gunung
![]() |
Ilustrasi Saling tolong menolong sesama pendaki |
Ada pertanyaan dari Sobat saya
Sobat : pertama kali mendaki, gunung apa?
Lalu saya jawab : "nanti jawabannya setelah aku menemukan jawaban"
Sobat : maksudnya? (dengan muka merengut)
Untuk itu saya jawab pertanyaannya sobat,
lewat blog ini dengan detail, lengkap dan komplit kaya jamu 😂 Jadi sobatku tinggal baca ya...
Sebelum berbagi alasan saya candu mendaki gunung, sobat bisa baca artikel
Pendakiana Pertama Kali Di Gunung Apa ?
Saya Pertama mendaki adalah gunung Prau Pendakian dadakan tanpa persiapan yang matang, karena sama sekali belum tau SOP dalam pendakian.
Dalam pikiran pokonya saya ingin naik gunung titik.
Dalam pikiran pokonya saya ingin naik gunung titik.
Saya mengajak teman saya dari kota Banjarnegara, dan langsung mengiyakan tawaran saya untuk mendaki. Kami memilih jalur Pendakian Gunung Prau Via Dieng, mempertimbangkan karena dekat dari akses kampung saya.
Setelah teman saya datang, kami langsung berangkat dan sampai basecamp Dieng sekitar jam 21.00 malam. Jika dari kampungku Desa Pagentan, perkiraan durasi perjalanan menuju basecamp Dieng 45 menit - 1 jam.
Setelah melengkapi administrasi simaksi dll kami pun bergegas berangkat star dari jam 22.35 malam. Di jalur pun banyak bertemu dengan pendaki lain, dengan persiapan ala kadarnya, hanya bawa makanan ringan, air dan tenda. Kami pun pede untuk menjajaki Gunung Prau.
Padahal hal tersebut sangat berbahaya, karena tidak mempersiapkan dengan benar pendakian sesuai standart dan akan memeperbesar resiko hal yang tidak di inginkan dari berkegiatan alam bebas.
Sesekali istirahat dan merasakan nafas yang ter engah - engah seperti habis lari di Lapangan 10 putaran, terlebih saat itu udara sangat dingin karena sudah memasuki bulan july. Dimana dataran tinggi Dieng suhunya lebih dingin dibanding tempat lain.
Saat menuju ke jalur yang longsor, terlebih licin dan rasa senang yang berlebihan teman saya hampir terperosok kejurang, spontan saya pun teriak, tapi tidak ada yang mendengar karena jarak dari pendaki lain lumyan jauh, beruntung tertahan sama pohon kecil, hal yang lebih buruk tidak terjadi.
Akhirnya Kami sampai puncak teringgi Gunung Prau 2590 mdpl via Dieng pada jam 01.28. Saat itu masih bisa buka tenda di puncak tersebut. Dimana angin besar dari sisi kanan dan kiri menghantam tenda, untuk itu sekarang dilarang membuka tenda di puncak tersebut, karena membahayakan.
Jam 03.34 saya terbangun, dengan semangatnya menunggu sunrise yang diharapkan sebagian besar para pendaki, sambil ngemil peyek dan secangkir kopi.
Tak terasa menunggu sudah jam 06.00 pagi. Sunrise pun tertutup kabut tebal, seakan enggan melihat wajah kita, rasa kecewa pun ikut menebal dalam hati.
Tak terasa menunggu sudah jam 06.00 pagi. Sunrise pun tertutup kabut tebal, seakan enggan melihat wajah kita, rasa kecewa pun ikut menebal dalam hati.
![]() |
Bersama pendaki cilik di puncak prau (foto: Thile) |
![]() |
Puncak Prau via Dieng (foto: Thile) |
Dari situ dapat pelajaran "jangan pernah berekspektasi tinggi, alam selalu punya cerita tersendiri untuk menyerap pelajaran darinya" Ada hal yang lebih berarti dari sekedar melihat sunrise.
Setelah kami mengabadikan momen dipuncak, kamipun bergegas packing dan kembali turun. Sesekali diperjalanan saya mengambil sampah yang terlihat ditrek saat turun.
Setelah saya ngecek foto dokumentasi dari kamera teman saya, tas kecil saya ternyata tidak ada alias jatuh, dalam foto dokumentasi tersebut antara pos 2 dan 3, posisi terjatuhnya saat dicantelin tas belakang.
Saya baru sadar posisi kita sudah lewat pos 1, tanpa pikir panjang saya berlari mencari tas saya seperti tidak ada lelahnya. Hampir sampai di pos 3, bertemulah rombongan pendaki yang hendak turun dan mereka bertanya.
Pendaki baik : "kenapa bang lari?
Saya : "tas saya jatuh warna abu-abu merk Ei*er"
Pendaki baik : "ini bukan, tadi saya menemukan tas ini tidak jauh dari pos 3!"
Saya : "Bener kak itu tas saya (sambil menujukkan foto sebelum tas jatuh)"
Pendaki baik : "coba dicek dulu barang-barangnya bang"
Saya : "Siap kak" (setelah aku cek semuanya komplit)
Pendaki baik : "Syukurlah jika komplit bang"
Saya : Terimakasih banyak kak sudah baik menolong saya, ini ada tanda terimakasih (saya kasih 200 rb, tapi yang menemukan tidak mau menerima)
Pendaki baik : "Gak usah bang, bukan hak saya, ini saya hanya mengamankan mau saya laporkan ke pihak BC"
Saya : "Beneran kak, ini hanya segini tanda terima kasih saya atas kebaikan kk semuanya"
Pendaki baik : "bener bang gak usah bang"
Saya : "Baiklah jika begitu, saya sangat berterima kasih semoga kalian diberi kemudahan, umur panjang dan sukeses"
(dalam hati bertekad dari nominal yang saya akan berikan, saya alokasikan ke yang lain)
Saya : "saya turun duluan ya bang, karen teman saya nunggu di pos 1"
Pendaki baik : "siap bang, hati-hati bang"
Saat itu ada uang saya di dompet tinggal 400 ribu untuk berangkat ke Tangerang, jika hilang bingung cari buat transportasi ke Tangerang dan yang pasti data-data pentingnya, repot lagi jika sampai hilang.
Akhirnya saya lari turun dan sampailah kita di basecamp Dieng.
Kami tungguin pendaki yang menolongku di bc tidak muncul-muncul, berharap bisa ngobrol sharing, ngopi dan bisa foto bareng dengan para pendaki baik ini.
Demikianlah pengalaman pertama kali saya mendaki dan menjadi candu untuk terus ingin mendaki.
Dari catatan perjalananku pendakian pertama ke gunung Prau via Dieng
banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil.
Dari rasa senang yang berlebihan bisa berakibat fatal, segala sesuatu yang berlebihan mebahayakan harus di seimbangkan.
Ketika saya hanya iseng ambil sampah dan tasku jatuh, ditemukan oleh pendaki baik, pada saat itu karma baik berbuah.
Jangan pernah berekpekatasi tinggi jika tidak ingin kecewa, semuanya ada hal yang lebih dari sekedar itu.
Menemukan hal-hal baru, dan mendaki gunung adalah cara merefleksikan kehidupan.
"Ngapain naik gunung, capek-capek mengeluarkan biaya yang tak sedikit lagi mendingan liburan dirumah aja enak tidur"
Setelah saya coba iseng-iseng naik gunung, ternyata malan menjadi kecanduan mendaki gunung. Apakah sobat ada yang sama kemakan sama omongan sendiri?
Terimakasih orang baik
terima kasih alam semesta atas pelajaranya.
Selamat berpetualang! Hormati adat budaya setempat!
keep safety!
BAWA TURUN SAMPAHMU!
ALAMNESIA
LANGKAHKAN KAKI
Posting Komentar untuk "Gunung Prau Alasanku Candu Mendaki Gunung"
Posting Komentar