Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia

Indonesia memiliki ribuan gunung yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyak di antaranya menjadi destinasi favorit para pendaki, baik untuk menikmati keindahan alam, menantang adrenalin, maupun sekadar mencari ketenangan dari hiruk-pikuk kota.

Gunung Bulu’ Baria dengan ketinggian 2.730 mdpl dan masuk dalam kawasan pegunungan Lompobattang. Dalam bahasa Bugis, nama Bulu’ berarti gunung, dan nama Baria berarti berubah warna.

Nama tersebut merujuk pada fenomena unik yang terjadi saat matahari terbenam, menunjukan penampakan langit di puncak Bulu’ Baria yang bisa berubah warna setiap bulannya. 

Namun, salah satu masalah klasik di dunia pendakian adalah sampah yang ditinggalkan oleh oknum pendaki. Plastik, botol, kaleng, hingga sisa makanan sering kali mencemari jalur pendakian dan merusak ekosistem gunung.

Selain karena pesona alamnya yang indah, gunung ini juga berhasil menerapkan konsep Zero Waste dengan ketat dan konsisten.

Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia
Gunung Bulu Baria, foto: andiimrankfajar/istagram
Di tengah situasi itu, hadir sebuah gunung di Sulawesi Selatan yang dijuluki sebagai “Gunung Bebas Sampah di Indonesia”, yaitu Gunung Bulu Baria. Terletak di Kabupaten Gowa, gunung ini menjadi simbol kepedulian lingkungan, kebersamaan komunitas lokal, serta kesadaran para pendaki dalam menjaga alam.

Karakteristik Gunung Bulu Baria

Gunung Bulu Baria berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Gunung ini tidak setenar Gunung Latimojong atau Bawakaraeng, tetapi keindahan serta nilai filosofisnya membuat Bulu Baria mulai dilirik para pecinta alam.

  • Ketinggian: sekitar 2853 mdpl 
  • Medan: jalurnya didominasi hutan tropis dengan vegetasi lebat, sungai kecil, dan tebing berbatu.
  • Panorama: dari puncaknya, pendaki dapat menikmati hamparan perbukitan Gowa, kabut pagi, serta langit malam yang bertabur bintang.

Keunikan Bulu Baria bukan hanya dari alamnya, tetapi juga dari budaya masyarakat setempat yang menjunjung tinggi kearifan lokal dalam menjaga kelestarian gunung.

Julukan "Gunung Bebas Sampah di Indonesia"

Julukan ini bukan sekadar slogan. Gunung Bulu Baria mendapatkan predikat tersebut karena adanya komitmen kuat dari berbagai pihak mulai dari komunitas pecinta alam, masyarakat adat, hingga pendaki luar daerah yang menjadikan kebersihan gunung sebagai prinsip utama.

Ada beberapa alasan mengapa Bulu Baria dikenal sebagai gunung bebas sampah:

  1. Sistem Regulasi Ketat
    Setiap pendaki yang hendak mendaki diwajibkan untuk mengikuti briefing singkat mengenai tata tertib pendakian. Salah satu aturan utamanya adalah “bawa turun kembali semua sampahmu”. Bahkan, ada pemeriksaan barang bawaan saat naik dan turun.
  2. Peran Komunitas Lokal
    Komunitas pencinta alam lokal di Gowa, bersama masyarakat adat, aktif menjaga jalur pendakian. Mereka menjadi “penjaga gunung” yang mengawasi dan memberikan edukasi kepada para pendaki agar tidak membuang sampah sembarangan.
  3. Kesadaran Pendaki
    Banyak pendaki yang datang ke Bulu Baria justru termotivasi untuk menjaga kebersihan karena melihat gunung ini benar-benar bersih. Ada rasa malu dan segan jika meninggalkan sampah.
  4. Program Bersih Gunung
    Setiap tahun, komunitas lokal, dukungan para pelaku industri outdoor mengadakan kegiatan bersih gunung. Menariknya, sampah yang ditemukan sangat minim, bahkan hampir tidak ada, berbeda jauh dengan gunung populer lain yang sering menumpuk sampah di pos pendakian.
Mengutip dari laman pikiran-rakyat.com Jason Edward Wuysang, Bussines Director EIGER Tropical Adventure menyampaikan, dukungam Eiger untuk mengelola Gunung Bulu Baria sejalan dengan nilai yang dijaga dan dipertahankan oleh EIGER selam 35 tahun, yakni inovasi, alam dan manusia.

Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia
Puncak Gunung Bulu Baria, sumber foto: majesty.co.id
"Bulu Baria sudah menunjukkan pada kita, bahwa di Sulawesi ada gunung terbersih dan bebas sampah. Bagaimana komitmen ini terus dijaga oleh segenap warga desa dan pengelola, juga adat dari Desa Manimbahoi.

EIGER mengucapkan terimakasih sudah diberikan kesempatan untuk bersama ikut menjaga Bulu Baria. Agar semakin banyak lagi gunung di Indonesia yang bisa kita nikmati keindahannya, tanpa ada sampah dari mulai pos pendaftaran hingga ke puncaknya," ungkap Jason.

Filosofi di Balik Kebersihan Bulu Baria

Masyarakat adat Gowa percaya bahwa gunung adalah tempat suci dan harus dijaga. Ada semacam larangan tidak tertulis untuk merusak, apalagi mengotori alam. Nilai ini diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga gunung tidak hanya dilihat sebagai destinasi wisata, tetapi juga bagian dari identitas dan spiritualitas masyarakat.

Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia
Lautan Awan Gunung Bulu Baria, foto: febri_febby//instagram
Bagi para pendaki, mendaki Bulu Baria berarti ikut masuk dalam filosofi “hormat pada alam”. Sampah bukan hanya dianggap sebagai masalah kebersihan, tetapi juga penghinaan terhadap roh penjaga gunung. Inilah yang membuat pendaki merasa lebih bertanggung jawab.

Keindahan Alam yang Terjaga

Kebersihan gunung membuat pesona Bulu Baria semakin terasa. Beberapa daya tariknya antara lain:

  • Hutan Tropis yang Asri
    Jalur pendakian melewati hutan yang masih alami, dengan pepohonan tinggi, suara burung, dan udara segar tanpa aroma sampah.
  • Panorama Puncak
    Dari atas puncak, pendaki bisa menyaksikan keindahan barisan gunung di Sulawesi Selatan, termasuk Gunung Bawakaraeng di kejauhan.
  • Sungai dan Air Terjun
    Di sekitar jalur pendakian terdapat aliran sungai jernih yang bisa diminum langsung, serta beberapa titik air terjun kecil yang menambah daya tarik.
  • Langit Malam yang Bersih
    Minimnya sampah juga berarti minim polusi. Langit malam di Bulu Baria sangat jernih, cocok untuk menikmati bintang dan bahkan Milky Way.

Tantangan Pendakian

Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia
Gunung Bulu Baria, foto: imamhidayat_2/instagram
Meski tidak terlalu tinggi, mendaki Bulu Baria tetap menantang. Medan berbatu, jalur terjal, dan cuaca tropis yang cepat berubah membuat pendaki perlu mempersiapkan fisik dan perlengkapan. Namun, semua itu sepadan dengan pengalaman mendaki gunung yang benar-benar bersih dan asri.

Inspirasi untuk Gunung Lain di Indonesia

Predikat “Gunung Bebas Sampah” yang disandang Bulu Baria seharusnya menjadi inspirasi bagi gunung-gunung lain di Indonesia. Jika di Gowa bisa dilakukan, maka di Semeru, Rinjani, Prau, atau Lawu juga bisa. Kuncinya adalah:

  1. Regulasi pendakian yang jelas.
  2. Peran aktif komunitas lokal.
  3. Kesadaran dan tanggung jawab pendaki.
  4. Edukasi berkelanjutan tentang pentingnya menjaga alam.

Jika semua gunung di Indonesia bisa mengikuti jejak Bulu Baria, maka keindahan alam akan tetap lestari untuk generasi mendatang.

Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia
Eksotisnya Gunung Bulu Baria, foto:  imamhidayat_2/instagram
Gunung Bulu Baria di Gowa, Sulawesi Selatan, bukan hanya sekadar gunung untuk didaki. Ia adalah simbol dari perjuangan menjaga kebersihan, kelestarian, dan kehormatan alam. Julukan “Gunung Bebas Sampah di Indonesia” pantas disematkan karena gunung ini berhasil membuktikan bahwa pendakian bisa harmonis dengan alam tanpa harus merusaknya.

Mendaki Bulu Baria bukan hanya perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan batin belajar menghormati alam, menjaga kebersihan, dan meninggalkan jejak baik bagi generasi berikutnya.

Yuk mulai dari kesadaran masing-masing untuk menjaga alam agar tetap lestari. Mulai dari yang paling sederhana, "Bawa Turun Sampahnya".

Jaga Alam! Jaga Bumi! Jaga Diri!

Referensi : eigeradventure.com

Posting Komentar untuk "Mengenal Gunung Bulu Baria, Gunung Bebas Sampah ke 2 di Indonesia"