Fakta Sejarah Puncak Carstensz Pyramid, Menjadi World Seven Summits

Carstensz Pyramide, sumber: Barracudax/google map
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keindahan alam, menyimpan sebuah permata yang menantang dan memukau di ujung timur Papua: Pegunungan Jayawijaya. Di dalam gugusan pegunungan ini, berdiri megah Puncak Jaya, yang dikenal juga sebagai Carstensz Pyramid.

Terdapat 3 puncak di Gunung Jayawijaya, Puncak Jaya (Carstensz Pyramid, 4884 mdpl), Puncak Mandala 4640 mdpl, dan Puncak Trikora 4730 mdpl. Puncak ini juga menjadi salah satu dari tiga puncak utama yang paling terkenal di pegunungan Papua. 

Puncak Carstensz bukan hanya yang tertinggi di Indonesia, melainkan juga salah satu
dari "7 Puncak Dunia" (Seven Summits), menjadikannya destinasi impian para
pendaki internasional.

Geografi dan Sejarah

Puncak Carstenzs terletak di Taman Nasional Lorentz, sebuah kawasan konservasi yang luar biasa dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Puncak Cartensz memiliki ketinggian 4.884 mdpl. Nama "Carstensz" diambil dari seorang penjelajah Belanda, yaitu Jan Cartensz.

Jan Carstensz, sumber: Bestand/wikipedia.org
Jan Carstenszoon atau lebih dikenal dengan nama Jan Carstensz adalah seorang penjelajah Belanda pada abad ke-17. Pada tahun 1623, Carstenszoon ditugaskan oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda untuk memimpin ekspedisi ke pantai selatan Nugini dan sekitarnya,

untuk menindaklanjuti laporan tentang daratan yang terlihat lebih jauh ke selatan dalam pelayaran Willem Janszoon tahun 1606. Jan Carstensz adalah orang Eropa pertama yang melihat gletser di puncak tersebut. Meskipun ia dicemooh di Eropa karena klaimnya, pengamatan ini terbukti benar.

Pegunungan Jayawijaya dan Puncak Carstensz memiliki keunikan geologis yang spesial dan luar biasa. Di tengah lanskap tropis dan hutan hujan Papua yang lebat, puncak-puncak ini yang diselimuti oleh salju khatulistiwa, gletser es abadi

Gletser Carstensz Pyramide, sumber: Crypto Nime/google map
Fenomena ini, yang juga dikenal sebagai "salju tropis," adalah sisa-sisa Zaman Es yang masih bertahan di ekuator. Namun, akibat pemanasan global, gletser-gletser ini terus menyusut dan diperkirakan akan menghilang dalam beberapa dekade ke depan, menjadikannya salah satu ancaman nyata terhadap keunikan alam Indonesia.

Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits)

Salah satu alasan utama mengapa Puncak Carstensz sangat terkenal adalah karena statusnya sebagai salah satu dari Seven Summits World atau Tujuh Puncak Dunia.

Konsep ini dipopulerkan oleh pendaki gunung Amerika, Richard Bass, yang mendefinisikan Seven Summits sebagai puncak tertinggi di setiap benua:

  1. Gunung Everest (Asia)
  2. Gunung Aconcagua (Amerika Selatan)
  3. Gunung Denali (Amerika Utara)
  4. Gunung Kilimanjaro (Afrika)
  5. Gunung Elbrus (Eropa)
  6. Puncak Vinson Massif (Antartika)
  7. Puncak Carstensz Pyramid (Australia/Oseania)

Beberapa daftar Seven Summits menggantikan Puncak Carstensz dengan Gunung Kosciuszko di Australia. Namun, secara geologis, Puncak Carstensz di Papua secara geografis merupakan dalam lempeng Australia-Papua Nugini, dalam pengertian biogeografis, Benua Australia mencakup seluruh wilayah di Pulau Papua.

Carstensz Pyramide dianggap sebagai puncak tertinggi di benua Australia. Karena tantangan teknisnya dalam pendakian yang jauh lebih berat dibandingkan Gunung Kosciuszko, Puncak Carstenz lebih sering dipilih oleh komunitas pendaki profesional sebagi Seven Summits nya.

Tantangan Pendakian

Mendaki Puncak Carstensz bukanlah tugas yang mudah. Puncak ini menawarkan tantangan yang berbeda dari puncak-puncak Seven Summits lainnya. Selain ketinggiannya, pendaki harus menghadapi medan yang sangat teknis, termasuk dinding batu vertikal, jurang, dan tebing curam.

Yellow Valley Camp, sumber: Hammad UI Hasan/google map
Rute pendakian yang paling umum adalah melalui Lembah Kemandora, yang melibatkan perjalanan panjang melewati hutan hujan yang lebat, dan kemudian menuju camp area Yellow Valley Camp, merupakan camp terakhir untuk pendakian menuju puncak Cartensz Pyramide.

Menuju Puncak Cartensz, dengan Jembatan Tali (foto: dok:Ikshan Tualeka)
Pendaki harus melewati "Tyrolean traverse," sebuah jembatan tali yang melintasi celah antara dua tebing. Tantangan ini membutuhkan peralatan panjat tebing yang lengkap, seperti tali, harness, dan carabiner, serta keahlian panjat tebing yang mumpuni.

Budaya dan Kehidupan Lokal

Di sekitar Pegunungan Jayawijaya, hidup suku-suku asli Papua, seperti Suku Dani, Suku Amungme, Suku Lani dan Suku Yali. Suku Dani tinggal di wilayah Lembah Baliem yang terletak di dalam Pegunungan Jayawijaya, di provinsi Papua Pegunungan, Indonesia. Mereka merupakan suku terbesar di Papua.

Lembah Baliem sendiri merupakan rumah bagi beberapa suku, termasuk Dani, Lani, dan Yali. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang lingkungan sekitar dan telah hidup selaras dengan alam selama ribuan tahun.

Suku Dani di Pegunungan Jayawijaya, Papua (sumber: zonadamai.wordpress) 
Kehidupan mereka, yang sangat bergantung pada alam, mengajarkan kita pentingnya menjaga ekosistem alam agar terus berkelanjutan.

Suku Amungme tinggal di wilayah Pegunungan Jayawijaya di Papua. Mereka mendiami daerah di sebelah selatan Pegunungan Jayawijaya dan memiliki budaya serta bahasa yang unik, salah satunya adalah bahasa Uhunduni.

Kesimpulan

Puncak Carstensz dan Pegunungan Jayawijaya adalah lebih dari sekadar tujuan pendakian. Mereka adalah simbol keunikan geologis, keindahan alam yang tak tertandingi, dan warisan budaya yang kaya. Statusnya sebagai

salah satu dari Seven Summits World (Tujuh Puncak Dunia) yang menempatkan Indonesia di peta pendakian internasional menjadi tujuan pendaki di seluruh dunia.

Namun, dengan kebanggaan ini, tanggung jawab kita untuk bekerja sama melindungi, menjaga, melestarikan keajaiban alam ini dari ancaman pemanasan global dan menjaga kelestarian budaya masyarakat adat yang tinggal di sekitarnya.

Posting Komentar untuk "Fakta Sejarah Puncak Carstensz Pyramid, Menjadi World Seven Summits"