Pendakian Horor Gunung Gede via Putri Diganggu Dari Pos 4 Simpang Maleber


Hallo Sobat Alam,
Saya akan berbagi pengalaman kisah pendakian horor, aneh tapi nyata dalam pendakian Gunung Gedepangrango via Putri lintas Cibodas.

Saya baca beberapa artikel pendakian horor Gunung Gede via Gunung Putri, khususnya di Pos 4 Simpang Maleber banyak kisah horor dan mistis dari orang-orang yang pernah mengalami disana. Ternyata, kami mengalami sendiri hal yang diluar nalar tapi nyata, bener-bener janggal, horor dan  mistis.

Oke langsung saja Sobat alam..

Pendakian pertama Gunung Gedepangrango via Cibodas bulan April 2017 gagal, kami ber empat (Gondrong, Bedul, Thile dan Kantong "nama disamarkan").
Salah satu dari teman kami mengalami cidera engkel di Shelter Rawadenok 2.

Setelah saya coba urutin kakinya yang terkilir, tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendakian. Saat turun pun harus dipegangin. Akhirnya kami memutuskan memutar balik, berangkat bersama pulang harus bersama. 

Pendakian Horor Gunung Gede Via Putri

Setelah 5 bulan saya pun mengajak pendakian kembali tapi dengan jalur yang berbeda dengan format tim yang berbeda juga yaitu Gondrong, Bedul, Thile dan Plenyun "nama disamarkan"

Tim pertama pendakian Gedepangrango gagal (dari kiri Kantong, Gondrong, Bedul, Thile)
Si Kantong teman yang kemarin mengalami cidera saya ajak, belum minat lagi untuk mendaki, "ungkapnya". 
Akhirnya tim kita tetap ber 4 saya, Thile, Bedul dan ngajak si Pleyun.

Setelah pendaftaran oline beres, semuanya beres tanggal 1 September 2017 kami pun melakukan pendakian kembali Gunung Gedepangrango Via Putri. Berangkat dari Jakarta naik kereta KRL dengan tujuan St. Bogor.

Untuk booking oline resmi kunjungi laman ini https://booking.gedepangrango.org/

Jam 20:00 sampai di Stasiun Bogor, kami mengisi perut dulu karena perut kami kompak rock-rock'an, bukan kroncongan lagi 😂. Akhirnya kami makan di sebelah kanan stasiun, yang katanya kulinernya enak-enak.

Hari semakin malam, setelah selesai makan dan sebat (sebatang jalan) untuk memepersingkat perjalanan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Base Camp Cibodas dengan menggunakan transportasi online.

Karena saat itu pendaftaran masih berpusat di Cibodas, jadi kita harus ke Cibodas dahulu untuk registrasi ulang ijin pendakian. Sampailah di Cibodas dengan udara yang semakin dingin menusuk pori-pori kulit, karena bulan september masih cuaca kemarau.

Kami singgah dan bermalam di warung area base camp Cibodas yang tidak jauh dari mushola. Sebelum istirahat kami cek ulang peralatan, logistik dll. Setelah semuanya ok dan ready kami pun makan lagi, makan mulu perasaan dari bayi 😂,"ungkap si Bedul".

Saya makan pecel ayam karena sambalnya yang wuenak saya pun nambah sambal padahal ada masalah dengan lambung, hilaf saya.

Jam 24:00 lewat saya pun memaksakan untuk istirahat walapun mata masih melek, agar esoknya bisa fit tuk menghadapi trek jalur Gunung Gede Via Putri, Sobat yang lain sudah sampai Labuan Bajo dalam mimpinya.😄

Area base camp Gunung Gedepangrango via Cibodas dipagi hari
Terbangun dari tidur lelapku Jam 05:30, saya bangunkan mereka dan sejenak keluar untuk melakukan peregangan. Pagi yang cerah diiringi hembusan angin yang manja dan hangatnya matahari yang masih malu-malu dibalik gunung.

Setelah tubuh lebih segar kami beranjak kembali ke tempat penginapan cuci muka dll. Kembali sarapan pagi dengan santapan khas warung base camp, membeli air mineral untuk cadangan saat di trek, karena jalur Gunung Gedepangrango Via Putri tidak ada sumber air.

Menuju Pos Pemeriksaan Gunung Putri

Pos pemeriksaan pendakian via Gunung Putri (foto:journe.wordpress.com)
Jam 07:00 kami ke kantor TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) untuk registrasi ulang pendakian. Setelah SIMKASI beres, kami menuju ke jalur Gunung Putri dengan nyewa angkot warna kuning.

Jam 08:00 kamipun sampai di Area Basecamp Gunung Putri, langsung lanjut menuju pos pemeriksaan registrasi ulang. 
Dari pantauan kami yang melakukan pendakian di hari itu sedikit, karena di hari libur nasional.

Setelah semuanya beres validasi pendakian, kami berpamitan kepada petugas Pos pemeriksaan dan melanjutkan perjalanan. Sampailah di pos sampah, sejenak kita berdoa sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos 1 Leugok Leunca.

Disepanjang perjalan dari Pos Pantau sampai menuju Pos 2 Lawang Sekateng tak ada pendaki lain, hanya kami ber 4 dan pedagang tak ada satupun disana.

Kamipun sering istrahat, bener-bener menikmati jalur pendakian Gede Via Putri yang eksklusif, disetiap langkah kaki mata dimanjakan keindahan suasana hutan dan banyak satwa-satwa yang mucul seperti menyapa kami.

Terlihat teman-teman masih on fire dalam langkahnya.
Kami kembali istrahat di Pos 2 Lawang Sekateng, kebetulan ada bapak penjual nasi uduk dengan membawa kantong belnjaan dan memakai sepatu boot menuju keatas, kamipun membelinya untuk makan siang. Tapi herannya si bapak-bapak ini cepat sekali tidak lama kurang lebih 2 jam sudah turun kembali, kami berpapasan setelah pos 2. Sekuat itu bapak akamsi?.

Setelah istirahat, makan, sebat (sebatang jalan) kami melanjutkan menuju Pos 3 Buntut Lutung, Pos PHP (pos bayangan 4), Pos 4 Simpang Maleber. Menjelang Pos 4 Simpang Maleber kami bertemu pendaki lain, seingat saya hanya ber 3. Kamipun menyapa mereka, dan beriringan menuju Pos 4.

Gangguan Horor Di Pos 4 Simpang Maleber

Hingga menjelang magrib sampailah di Pos 4 Simpang Maleber, dan teman pendaki lain sudah meninggalkan kita jauh, disitulah mulai ada drama.
Mulai berbeda pendapat, ada yang bilang rehat dulu, jalan aja udah semakin gelap ini "dalam percakapan kami".

Hal tersebut menurut adalah wajar ketika ke presure dialam bebas, terlebih sudah diketinggian 2.627 mdpl. Rasa capek, laper, dingin dan pikiran ingin cepat sampai untuk rebahan.

Saya tetap berpikir positif dan coba memberikan vibrasi positif kepada mereka. 
Kita memutuskan untuk istrahat dan melanjutkan kembali setelah magrib. Tubuh sudah mulai semakin dingin dan menggigil, setelah 15 menit istrahat, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Alun-alun Suryakencana.

cerita horor pendakian gunung gede
Menjelang petang menuju Pos 4 Simpang Maleber
Yang sebentar lagi akan melewati jalur berbatu landai seperti info dari artikel dan peta yang kami pelari di jalur ini. Mendekati trek berbatu landai yang tidak jauh dari Pos 4 Simpang Maleber tiba-tiba teman mengalami kejadian horor dan aneh.

Saat itu Plenyun membawa sampah diplastik yang diikat dikeril belakang. "Sampah yang di belakang tersebut ada yang nampar, ungkapnya". Padahal saat itu tidak ada angin apapun, sunyi senyap hanya tim kita yang berada dijalur itu.

"Satu kali plastik sampah ada yang nampar, dibiarkan, ahh mungkin angin, gak ada angin kata Plenyun, Ehhh lagi untuk kedua kalinya"
akhirnya minta saya yang paling belakang jadi sweper, 
Plenyun pindah ditengah. Saat Plenyun pindah ke tengah saya melihat bayangan hitam sisi kanan jalur, dalam hati "ahh mungkin halusinasi aja".

Dari nada bicara si Plenyun pikirannya dah parno. Firasat saya pasti ada yang aneh, rasanya janggal apa yang telah dialami sama si Plenyun. Pada saat itu Plenyum belum mau cerita. Terlebih dia pernah baca artikel tentang kisah pendakian horor di pos 4 Simpang Maleber.

Diteror Di Alun-alun Suryakencana

Setelah melewati jalur landai berbatu dengan mengalami kejanggalan, horor dan mistis, sampailah di gerbang Alun-alun Suryakencana udara pun semakin dingin disertai angin lembah dan kabut yang semakin menusuk tubuh.

Saat itu saya jalan sambil merokok, bara api rokok dipegang tidak berasa sama sekali. Kita berjalan menuju shelter yang dekat dengan sumber air, yang juga nantinya kita akan lintas Cibodas agar tidak terlalu jauh.

Fisik kami sudah mulai drop dan kami segera mencari shelter untuk memasang tenda. 
Setelah berjalan 30 menit menuju arah Timur Surya Kencana, kami memilih tempat tersebut untuk mendirikan tenda. 

Kami bagi tugas, saya pasang tenda, Thile dan Plenyun masak, saat itu Bedul drop buru-buru kami buatkan teh manis hangat dan minum obat. Setelah tenda terpasang mulailah keanehan kembali kita alami.

cerita horor pendakian gunung gede
Ilustrasi Tenda Consina Magnum 4
Tenda yang kita pakai adalah Consina Magnum 4 yang belum lama saya beli
Tiba-tiba teras depan sama sekali tidak bisa disleting/ditutup.

Saya sudah 4 kali bongkar pasak tenda, mungkin saya memasang pasaknya terlalu kencang, tapi tetap sama aja macet tidak bisa di sleting. Sletingnya sudah saya kasih minyak sayur, tetap saja tidak bisa ditutup bener-bener macet sletingnya. Ampun, ada-ada aja!. Gemes saya!

Yasudahlah badan sudah capek dan semakin menggigil, akhirnya kita biarkan saja. Anggap aja angin yang masuk melalui puring iner tenda, rasnya angin surga 😂😍😎. Terlebih saat itu bulan September udara masih di tahap dingin-dinginya.

Setelah masakan matang, jahe hangat matang dan semuanya beres, kami mengganti baju, keadaan Bedul sudah kembali pulih. Kamipun makan malam sambil ngobrol, bercanda menghibur diri dan mengalihkan apa yang telah kami alami kejadian-kejadian horor tadi.

Makan pun selesai hembusan angin lembah semakin menjadi, buat tubuh semakin dingin. Mari kita tangkal dengan ramuan jahe bakar hangat gula aren "cletukan kita"

Perut kenyang, tapi pikiran belum tenang. Saya masih kepikiran sleting tenda yang macet, mikir Plenyun yang kayaknya di Pos 4 Simpang Maleber diganggu dan belum mau cerita, kok bisa?!. Sudahlah, berpikir posistif aja. 

Akhirnya kami pun tidur cepat agar esok tubuh fit kembali untuk lintas Cibodas, sebelum tidur kami berdoa dengan kencang karena sangat sepi hanya beberapa
tenda di Alun-alun Suryakencana.

Di Lindungi Para Leluhur

pendakian horor gunung gede dilindungi sosok misterius
Ilustrasi prajurit kerajaan yang melindungi kami
Masih berlanjut gangguan dan gangguan. Dalam tidur lelapku ku, 
saya bermimpi:

Kami ditarik-tarik sosok badan besar dalam jumlah banyak di dalam tenda, sosoknya seperti gendurwo "dalam mimpi tersebut". Tapi tiba-tiba tenda kita di jaga dikelilingi prajurit kerajaan dengan jumlah banyak, kisaran 1 sampai 2 pleton lengkap dengan senjata yang para prajurut bawa. Membentengi melindungi dari serangan-serangan yang mengganggu kita di Alun alun Suryakencana.

Kita seperti tamu yang harus dilindungi. Cukup lama dalam mimpi teresebut dan akhirnya saya terbangun jam 03:00 pagi, badan berkeringat, ngos-ngosan nyawa masih belum ngumpul sejenak bengong, Ohh, ternyata hanya mimpi!

Pintu Tenda di Tutup Sosok Misterius, Sleting Jadi Normal Kembali

Tapi disini aja kejanggalan lagi, saya ambil pisau untuk menggali tanah membuang hajat yang ditaruh teras samping kanan. Dan ternyata pintu teras depan sudah tertutup rapat, dimana semalam sleting nya tidak bisa ditutup sama sekali. Dalam hati ini, siapa yang nutup?!

Efek kemaren khilaf makan banyak sambal di warung base camp Cibodas. Dengan nafas yang masing ngos-ngosan saya pun lari menuju semak-semak sambil membawa pisau menggali tanah untuk membuang hajat.

Langsung tidak mikir lagi, sudah kebelet perutnya mules banget.
Bayangin di jam 3 pagi udara lagi dingin-dinginya ditambah hembusan angin lembah, apa lagi saat itu bulan September masih musim kemarau. 

Setelah gali tanah, nongkronglah saya, kaget lagi.... tapi ini bukan janggal, ini beneran.

Pa*ntat menyentuh embun rumput sabana Suryakncana sontak kaget "aduhhhhhhhhhh" dalah hati mantap amat pendakian kali ini😄
Setelah selesai buang hajat, perut pun sudah enakan, saya melihat kawanan babi yang melintas sontak kaget lagi, ada aja!

Akhirnya saya kembali ke tenda nyalakan kompor dan hangatkan jahe lagi untuk menghangatkan tubuh karena terasa sangat dingin. Sambil merokok 1 batang sambil berpikir. 

Siapa ya yang menutup pintu tenda teras depan? temen? atau siapa?. Saya pengen bangunin mereka tapi kasian mereka lagi istirahat, besok aja deh saya tanya.

Rokok pun habis, secangkir jahe yang saya teguk cukup membuat 
perut kembali hangat, saya pun kembali istrahat dan menutup pintu tenda yang sudah bisa.

Suara beker pun tergantikan dengan indahnya suara harmoni alun-alun Suryakencana, kicauan burung, hembusana angin yang membelai tenda kita, serasa mencolek tubuhku. Jam 05:00 saya pun terbangun dan teman-teman masih menjelajah gunung Fuji dalam lelapnya.

Kembali saya nyalakan kompor, hangatkan jahe untuk mereka, sebelum sarapan pagi. Satu persatu saya bangunkan, setelah mereka minum jahe, langsung saya tanya satu per satu ke 3 teman dari kejanggalan tersebut.

Saya : "Semalam ada yang bangun gak, kencing atau apa gitu?
Plenyun: "gak ada yang bangun sama sekali" 
Saya : "Serius kalian?"
Bedul, Thile: "lahh iya masa bohong!".
Saya : "Loh ini pintu tenda siapa yang nutup?, dan sekarng sleting sudah bisa ditutup!".
Bedul: "Masa sihhh?!".
Saya : "Coba dehh jajal sletingya ditutup!".
Bedul, Pleyun: "Loh iya, ini bisa ditutup!?".
"maling gak mungkin, kalau orang iseng gak mungkin juga, jarak tenda pendaki lain lumayan jauh!".
Saya: "Iya makanya itu!". Yang pasti positif ini mahh".
Bedul, Plenyun: "Keren juga yakk". sambil tersenyum mereka.
Thile: "Dilindungi leluhur kita bro!".

cerita horor pendakian gunung gede
Alun Alun Suryakencana (Plenyun, Thile, Bedul, Gondrong)
Dalam hati masih berpikir aneh tapi nyata, mereka saksinya, kok bisa gitu...?!

Saya pun belum cerita mimpi yang semalam, masih mengingat PR Summit dan perjalanan lintas Ciboas agar lebih kondusif.

Kami pun dihampiri pendaki yang berasal dari Pekalongan dan Banyumas mereka sudah 2 malam di Surya Kencana. Kami berkenalan, ngobrol bareng dan tak lupa  abadikan momen itu, untuk berfoto bersama.

cerita horor pendakian gunung gede
Sobat pendaki dari Pekalongan dan Banyumas
Setelah cukup puas menikmati seksinya nya alun-alun Suryakencana kami pun masak untuk sarapan pagi, mengisi energi tuk hadapi trek yang lebih jauh dari jalur Gepangrango Via Gunung Putri.

Summit - Lintas Cibodas

cerita horor pendakian gunung gede
Puncak Gunung Gede
Setelah sarapan pagi, packing kami melanjutkan perjalanan summit dan lintas Cibodas. Kami cukup lama menikmati pemandangan dipuncak Gunung Gedepangrango, meluapkan kegembiraan kita dimana rasanya mak plong, senang dan bercampur haru setelah pendakian via Cibodas gagal.

Singkat cerita setelah kami melalui jalur khas Cibodas yang berbatu dari pos ke pos. Kami sejenak bermanja dan menikmati hangatnya di pos air panas.

Setelah puas kami melanjutkan perjalanan kembali, sampailah di Pos Telaga Biru sudah sore. Kami pun istirahat sejanak di Pos Telaga Biru untuk mengatur nafas yang sudah senin-kemis dan kaki serasa sudah engklek dari hantaman trek berbatu jalur Cibodas.

cerita horor pendakian gunung gede
Telaga Biru Jalur Cibodas (Foto: Google Maps/Wen wen)
Si Bedul mukanya terlihat aneh, dari yang suka ceplas-ceplos banyolannya, di Pos Telaga Biru ini seperti diam dan mikir.
Hemmmm masih ada aja dalam hati.

Setelah sebat kami pun melanjutkan perjalanan kembali yang sedikit lagi sudah mau sampai. Tibalah di Pos pemeriksaan via Cibodas, membuang sampah dan laporan ke Pos Jaga.

Kami istrihat dan minum sejenak, disini lah mereka baru pada cerita kejadian horor dan mistis apa yang di alami sepanjang perjalanan pendakian Gunung Gedepangrango, termasuk saya.

Dari si Plenyun yang mengalami kejadian horor di Pos 4 Simpang Maleber, yang kantong sampahnya ditamparin berkali-kali, tenda yang pintu depannya macet tidak bisa ditutup, saya mimpi dilindungi dikelilingi prajurit kerajaan, tenda yang ditutupin sosok misterius. 

Langsung disambut si Bedul cerita mengalami kajadian horor saat istirahat terakhir di Pos Telaga Biru.

Saat wajahnya si Bedul terlihat diam dan aneh di Pos Telaga Biru, si Bedul melihat selendang biru yang melintas di atas sisi kanan Telaga tersebut, makanya si Bedul minta buru-buru kita jalan lagi, "ungkapnya".
 
Saya berpikir, kok bisa? dalam pendakian kita tidak aneh-aneh sepanjang perjalanan, saat baru menginjak kan awal perjalanan dijalur Gede via Putri, kami berdoa, kulo nuwun permisi. Disepanjang perjalanan kata-kata kita pun terjaga.

Pasti ada yang salah dari kita, gak mumgkin jika ga ada yang salah.

Kenapa Bisa Mengalami Gangguan di Gunung ?

Setelah beberapa hari dari pendakian, saya masih penasaran dari pengalaman horor pendakian kali ini. Dan ini pertama saya mengalaminya.

Saya konfirmasi keteman saya Thile menanyakan hal tersebut, feeling saya dia pelakunya, karena dari cerita sebelumnya, katanya buyutnya salah satu orang yang dituakan di daerahnya.

Dan benar, pemberian dari buyutnya lupa kebawa saat pendakian Gunung Gede Via Gunung Putri. 

Jadi bisa ditarik kesimpulan, kita ada yang kurang sopan dalam pendakian tersebut. Hal tersebut menarik energi dari si tuan rumah atau dari energi gunung tersebut. Sekuat apapun kita, sesakti apapun itu kita telah melakukan kesalahan. Kurang patut dalam bertamu, apa lagi dengan hal-hal yang berhubungan dengan dimensi lain. 

Jadi wajar 
kita mengalami sesuatu gangguan itu, hal tersebut adalah konsekuensi dari kesalahan kita. 

Terlepas dari itu kita selamat, aman sampai rumah tercinta dalam pendakian Gunung Gede via Gunung Putri. Bersyukur kita pun dilindungi dari vibrasi-vibrasi positif saat itu. Dan pastinya kita belajar dari kisah pendakian horor ini, untuk pendakian-pendakian selanjutnya.

Karena persiapan pendakian itu banyak aspek yang kita harus tau, persiapkan dan lakukan.

Singkat cerita karena kita mengupas pengalaman tersebut, jadi keasikan ngobrol di Pos pemeriksaan Cibodas. Kita kembali pulang dari depan gerbang jalan raya naik mobil angkot mitsubizi warna putih menuju Stasiun Bogor. Sobat alam tau sendiri jika pernah naik mobil tersebut.

Saat itu jalan puncak macet banget, karena keadaan macet sopirnya cari jalan tikus dan sampai posisi ban kiri berada ditrotoar. Gak kaleng-kaleng skilnya.

Setelah sampai Stasiun ternyata kereta KRL jurusan Jakarta sudah tidak ada. Akhirnya kita memutuskan bermalam distasiaun. Ada aja! 

Terimakasih buat bro Thile, Bedul dan Plenyun
yang telah menjadi partner, teman, saudara
dalam pendakian Gedepangrango via Putri Lintas Cibodas 🙏

Dilain waktu, kesempatan dan semesta merestui kita bisa mendaki bareng lagi.

Posting Komentar untuk "Pendakian Horor Gunung Gede via Putri Diganggu Dari Pos 4 Simpang Maleber"