Puisi Gunung Dan Hutan "Belajar Dari Kabut Manja"
![]() |
Puisi Gunung Dan Hutan "Belajar Dari Kabut Manja"
Belajar Dari Kabut Manja
Berjalan menyusuri semak-semak hutan
Harmoni terdengar di sepanjang langkah kaki kecil
Mataharipun tenggelam berganti malam
Bersam hujan membasuh nafas pencari lelah
Sejenak terhenti badan mulai menjerit sakit
Dari tulang-tulang yang kurang bersinergi
Salam hangat menyapa daun jelatang ikut mewarnai
Menambah menjerit raga ingin pasrah dari perjalanan ini
Pohon-pohon rimbun terus menari
Seakan melihatku senang tak berdaya
Dari jiwaku meronta pucat menguning
Ingin ku menjerit, meronta, teriak
Jiwapun mulai teresapi oleh ego merah menyala
Untuk mundur dan kembali pulang
Tapi ku malu pada pohon termakan waktu
Yang berbisik kepadaku
Gerimis mungil tiba dan memeluku
Anggunya edelweiss muncul dibalik batuan kecil
Tetap tumbuh walaupun diatas krikil dan pasir
Asupan alam memberikan energi untuk terus berjalan
Membayangkan lautan awan yang menari-nari
Bersama mentari pagi tersenyum menyapa
Tuk berdendang bersama
Menghangatkan tubuh ini
Sekatpun usai hanya atap langit hitam yang menjadi batas
Jejak langka kecil ini pun terhenti di titik tertinggi
Apa daya mata memandang jauh ke titik fokus harapan
Kabut menjelajah dan bertahta di atas singgasana
Mentari seakan malu dan terus sembunyi dibalik kabut manja
Kecewa, kesal, marah mulai menebal menutup jiwaku
Alam berbisik terngiang kencang
Bagaikan bernafas masuk dan keluar
Ternyata langit tak selalu biru
Ada goresan-goresan lain
Tarian kabut manja mengiringi anggunya mentari
Awan putih berkejaran seperti anak bermain
Waktupun berganti dan kabut manjapun pergi
Mentari tersenyum anggun bersama samudra awan putih
Melambaikan dengan kasihnya
Yang dibatasi oleh atap langit yang membiru syahdu
Ku belajar mengerti
Karena semua kan berakhir dan terganti
Di sinilah menghentikan waktu yang sesungguhnya
Belajar dari kabut manja
Posting Komentar untuk "Puisi Gunung Dan Hutan "Belajar Dari Kabut Manja" "
Posting Komentar